Sabtu, 22 Desember 2018
Nyeri Kepatuhan
Sabtu, 03 November 2018
Identitas Kemanusiaan
Sabtu, 25 Agustus 2018
Ngobrol Sendiri
Kamis, 12 Juli 2018
Bocah Tulen
Rabu, 04 Juli 2018
Harga Cinta Davy Jones
Liburan kampus semester ini adalah liburan paling menyiksa bagi saya, dengan alasan yang tak bisa saya ceritakan.
Seperti biasa, saya melewati liburan dengan membaca buku, keluyuran malam, dan sesekali nonton film. Film adalah pilihan akhir membunuh waktu jika kegiatan lain mulai menjemukan. Dan Malam itu saya bertemu dengan “Pirates of Carribean: The Dead Man’s Chets” film yang tiba-tiba membuat saya berempati pada Davy Jones, musuh utama Jack Sparrow. Empati yang muncul akibat kisah klise sepanjang sejarah umat manusia—cinta.
Davy Jones—seorang perompak hebat yang tanpa nada bersalah dapat berkata “Aku membunuh ratusan orang hari ini,”—ternyata bisa juga jatuh cinta. Tak tanggung, ia jatuh cinta pada dewi lautan, Calypso. Kisah cintanya inilah yang menjadi awal mula ia berpetualang di tengah lautan.
Syahdan, Sang dewi memiliki permintaan untuknya: menangkap dan mengantar jiwa-jiwa yang tewas di lautan ke “dunia khusus”. Untuk tugas itu, Calypso memberinya kemampuan supranatural dan kapal istimewa bernama Flying Dutchman. Nama yang sering kita dengar jika rajin nonton Spongebob. Atas bentuk cinta yang terdalam pada Calypso, Davy melakukan tugas tersebut tanpa mendarat dan tak sedikit pun mengeluh hingga genap satu dasawarsa.
Suatu hari, mereka menentukan hari pertemuan. Dan sebagaimana pasangan yang telah lama tak berjumpa, Davy menantikan hari itu dan mendarat dengan perasaan antusias untuk melepas rindu pada Calypso. Namun, di hari yang telah ia nantikan itu, Calypso tak datang. Tentu Davy kecewa, marah, dan segudang perasaan campur aduk yang bagi siapapun yang mengalaminya, serasa ingin mati seketika, dan hidup sudah tak menggairahkan.
Karena begitu kecewa dan marah, Davy, yang berjanggut tentakel itu, berafiliasi dengan sembilan bajak laut hebat yang disepakati bernama Pirate Brathen, dengan misi memenjarakan Calypso dalam tubuh manusia bernama Dalma. Usaha tersebut berhasil. Sang dewi menjelma dalam tubuh wanita.
Namun, cinta tetaplah cinta, dan kata orang, cinta sejati tak akan pernah bersatu. Di balik peristiwa yang telah Davy perbuat, ia memendam cinta yang begitu murni, hingga ia diliputi rasa bersalah yang dalam. Kecewa dan cinta, kita tahu, dua tegangan yang selalu menggelisahkan. Karena rasa bersalah tersebut, Davy mengeluarkan jantungnya dan meletakkan dalam peti Deadman’s Chest, lengkap dengan surat cinta pernah ia tulis untuk Calypso. Peti yang berisi segudang kenangan itu ia kubur dalam pulau terpencil, lalu dengan Flying Dutchman, ia kembali mengarungi lautan, dengan tujuan yang tak semantap sebelumnya.
Mungkin cerita tersebut fiksi, namun, semua orang yang pernah patah hati akan manggut-manggut setuju jika patah hati dikatakan serasa langit runtuh tiba-tiba, dan semua tak lagi sama.
Sesedih apa Davy Jones? Well, dalam kitab ketenteraman tertulis, orang bersedih atas sesuatu, dan kadar kesedihannya sebanding dengan kadar keinginan yang tak terpenuhi. Davy Jones berekspresi sedih dengan mencabut jantungnya, mengubur bersama tulisan cintanya. Jantung, adalah hal yang ia rasa pantas menjadi harga sedih yang harus dibayar. Dengan kata lain, jantung itulah harga cinta Davy pada sang dewi. Sekarang kita tahu sesedih apa Davy.
Cinta menyentuh inti terdalam manusia, dengannya ia hidup dengan sangat cerah bagaia, atau gelap legam nestapa.
Film itu membuat saya terdiam lama, menatap langit-langit kamar, dan berpikir, apa aku sudah men-Davy Jones?
Jumat, 15 Juni 2018
22 Tahun
Rabu, 23 Mei 2018
Abu Jahal dan Bocah
“Jadi, Abu Jahal, kau orang kafir yang gemar mendengar Alquran, eh, hingga rela menghabiskan waktu petang hingga fajar tiba. Saya harap Anda punya asalan bagus.”
Si bocah tersentak dan mencoba segera berkilah, “Tentu saja karena Anda orang Arab, dan berbahasa Arab, Hisyam.”