Akhirnya saya memutuskan menulis surat kepada Anda, Tuan Ide, sebab Anda makhluk yang menjengkelkan: Anda tiba-tiba mengetuk otak saya seringkali ketika saya dalam kondisi tidak siap: kadang ketika mata saya sudah hampir terlelap, kadang ketika bercakap-cakap dengan orang, dan yang paling sering ketika saya berkendara di jalanan.
Apakah Anda mengerti betapa saya jatuh cinta pada Anda sehingga kehadiran Anda selalu merupakan momen yang tidak akan pernah saya lewatkan. Tetapi ketika Anda hadir dengan tiba-tiba, dalam waktu yang tidak tepat, saya tidak bisa mengajak Anda diam sebentar pada catatan saya dan, segera setelah aktivitas saya selesai, Anda sudah pergi.
Ketika mata saya nyaris terlelap, Anda datang, dan saya sudah kehilangan kemampuan untuk bangkit menyalakan laptop atau bahkan sekedar untuk mencatat di ponsel. Maka, saya mencoba menuliskannya di otak kalimat demi kalimat dan begitu bangun saya sudah melupakan susunan kalimat itu.
Saya juga tidak mungkin mencatat apa yang Anda sampaikan ketika sedang bercakap-cakap dengan kawan. Saya menghargai momen bersama mereka dan tidak baik membuka ponsel ketika tidak terlalu mendesak, apalagi mencatat poin-poin yang tiba-tiba Anda sampaikan. Kita tahu, menulis catatan kecil tentang ide bukan perkara yang baik dilakukan tanpa daya fokus yang tinggi. Sebab catatan yang melantur tidak tahan lama: ketika catatan itu ditengok pada kesempatan berikutnya, seringkali ide awal telah lenyap.
Apalagi, ketika saya bercakap-cakap dengan Mbakyu! Saya berusaha keras menaruh ponsel, atau alat catatan lain, sejauh mungkin! Tetapi, saya sering berpikir Anda bukan makhluk yang menyenangi saya bercakap-cakap dengan Mbakyu karena Anda selalu mengganggu kebersamaan kami. Seharusnya Anda tahu duduk bersama Mbakyu adalah momen langka. Pertama, karena saya kesulitan mengajaknya bertemu. Wong ngechat dia saja saya butuh berpikir seribu kali.
Kedua, karena
saya kesulitan mengajak Mbakyu bertemu. Saya menyukainya dan saya tidak tahu
apakah dia juga demikian. Yang jelas saya tidak keberatan bertemu dengan dia. Masalahnya,
apakah dia berpikiran ringan untuk bertemu saya? Tidak tahu. Dengan demikian
mengajaknya bertemu bukan perkara mudah, karena bisa jadi ia keberatan.
Ketiga, karena saya kesulitan mengajak Mbakyu bertemu! O, ini penting saya sebut tiga kali sebab Anda, tuan ide, benar-benar sering menari-nari di depan saya ketika keadaan tidak memungkinkan untuk menangkap Anda.
Selain ketiga hal di atas, saya juga menyimpan prasangka bahwa Anda menunggu saya mengendarai kendaraan. Saya tidak pernah menebar pesona—bahkan saya tidak yakin memiliki pesona; saya juga tidak yakin apa itu pesona—ketika sedang berkendara, tetapi Anda sering menggoda saya ketika saya berkendara.
Cara-cara anda muncul ketika saya berada di jalan memang memudahkan saya untuk berpikir tentang banyak hal yang menarik. Ketika di belakang kemudi mobil, misalnya, Anda mendorong saya untuk menulis tentang bagaimana sopir berusaha menyeimbangkan kendaraan ketika mendahului kendaraan lain; bagaimana sopir mengukur jarak ideal antar kendaraannya dengan kendaraan lain; bagaimana susahnya menahan bokong panas selama mengemudi enam hari.
Di jalan Anda juga sering menggoda saya tentang sopir bus yang begitu santai membawa badan kendaraan yang bongsor dan panjangnya mencapai enam meter itu. Kadang Anda sayup-sayup berbisik dari mana sopir truk mendapat kesabaran filsuf menghadapi kendaraan-kendaraan kecil yang mendahului dengan memotong jalur si sopir secara paksa.
Sama seperti ketika Anda muncul ketika saya hendak memejamkan mata, saya hanya bisa menulis apa-apa yang Anda isyaratkan terbatas secara imajinatif dalam kepala. Dan begitu kaki sudah menginjak pada tanah, Anda sudah lenyap digilis roda.
Yang terhormat Tuan Ide. Anda akan lebih cantik—atau tampan—saya yakin tentang ini, jika Anda muncul pada saat-saat saya sedang bersantai di kamar. Saya akan menyambut Anda dengan senang hati dan membuatkan Anda teh jika Anda berharap demikian. Sebagai makhluk yang bertamu, tentu saja saya tidak layak mengharap anda berkunjung sesering mungkin. Anda mungkin memiliki tugas lain di luar berkunjung pada kepala-kepala manusia.
Ah, ya, Anda akan mengatakan pada saya bahwa Anda tidak suka berkunjung, bukan? Saya dan kawan-kawan lain mafhum. Anda lebih suka dijemput dan ditangkap secara paksa. Kesimpulan ini saya dapatkan setelah bertahun-tahun (setidaknya empat tahun) bersentuhan dengan Anda. Kami para manusia kadang tidak dapat memahami watak Anda. Dalam hitungan yang tidak dapat dijumlah, Anda datang dan menggoda kepala-kepala. Dalam kesempatan lain, alih-alih datang, Anda bersembunyi atau lari menuntut untuk dicari dan ditangkap.
Sebagai makhluk, Anda begitu membingungkan.
Persoalan tarik-ulur bersama Anda inilah, yang membuat saya menyusun trik untuk menangkap atau menjebak Anda. Mulai pagi, saya membaca puisi dan mencoba mencari Anda di balik kalimat-kalimat membingungkan para penyair. Tidak jarang saya membaca puisi sambil menyalakan laptop, berjaga-jaga mendapati Anda sedang tidur pulas dan bisa segera ditangkap ke dalam microsoft.
Jika peruntungan pagi hari tidak baik, saya akan mencari Anda dalam buku-buku fiksi—bisa cerpen maupun novel—yang saya baca di sela waktu santai. Siapa tahu Anda sedang menunggangi tokoh-tokoh di sana. Lebih mudah jika dalam kepala saya tertanam gambar Anda adalah sosok konkret seperti para tokoh fiksi yang saya kenali.
Misalnya, Anda adalah Tuan Nakata—tokoh gubahan Haruki Murakami dalam Kafka on the Shore—yang mampu berbicara dengan kucing dan tidak mampu membaca dan menulis dan memiliki selera humor yang aneh. Seperti yang sering Tuan Nakata katakan pada Hoshino, “Wah, karena Anda mengingatkan saya, Tuan Hoshino, ya, saya lapar.” Atau kalimat sejenisnya, “Wah, karena Anda mengingatkan saya, Tuan Hoshino, ya, saya perlu ke kamar kecil.
Tuan Ide, menyenangkan sekali jika Anda serupa dengan Tuan Nakata. Saya bisa mengatakan, “Hei, Tuan Ide, bukankah Anda akan memberi saya banyak bahan tulisan?” dan Anda akan menjawab, “Karena Anda mengingatkan, ya, saya akan memberi Anda banyak bahan.”
Nah, Tuan Ide, saya sepenuhnya sadar, Anda bukan Tuan Nakata yang saya senangi itu—hal di atas hanya bayangan simulasi, oke. Anda akan tetap menjadi makhluk misterius yang muncul seenak udel tanpa mempertimbangkan apa saja selain selera Anda pribadi. Karena itu, trik untuk menangkap Anda harus saya upayakan dengan cara-cara yang efektif.
Tafsir kata efektif ini, tentu saja, bisa sangat beragam. Bagi saya, menghidupkan laptop, lalu memasang sepatu dan lari di sekitar kompleks termasuk efektif. Ini saya contoh dari para penulis besar, mereka sering menghidupkan laptop, lalu menyulut rokok. Lalu menyulut lagi, begitu seterusnya hingga berjam-jam lewat. Yah, memang duduk lama di depan laptop membuat kami—yang tampak kebingungan—benar-benar merefleksikan ciri seorang yang gemar merenung.
Penulis bukan tukang ketik, katanya. Itulah mengapa saya menghidupkan laptop lalu berlari.