Saya bisa mendapati banyak orang mengutip
kalimat-kalimat bagus, setidaknya saya yakin demikian mereka beranggapan. Saya
suka kalimat yang sulit dipikirkan kebanyakan orang karena menunjukkan bahwa
pencipta kalimat itu adalah orang cerdas. Tapi belakangan saya menyadari
kalimat bagus tidak luput dari kesalahan berpikir dan, menariknya, hal itu
tidak banyak disadari orang.
Kita cenderung berpikir bahwa kalimat retoris beres
dari masalah, karena diucapkan oleh orang besar. Kawan saya meng-capture
kalimat dari Imam Haramain dan mengunggahnya di WhatsApp: “Menikah adalah salah
satu sebab hilangnya gila, sebagaimana jomblo adalah salah satu sebab dari gila
itu sendiri.”
Saya kehilangan konteks kalimat itu dan memilih
menertawainya, saya menganggapnya sebagai celetukan tidak serius dari Pak Imam
dan semoga Pak Imam memang memaksudkan ucapannya sebagai celetukan sambil lalu.
Sebab jika kata-kata itu keluar dengan keseriusan, alangkah jomblo adalah jalan
menuju gila dan cendikiawan besar muslim yang memilih jomblo hingga akhir hayat
barangkali...
Menurut saya kalimat Pak Imam di atas bermasalah: Pernikahan tidak selalu membuat bahagia, seperti tidak semua jomblo pasti nestapa. Tapi
seorang imam pasti memiliki pengikut setia dan apapun yang ia ucapkan akan
diyakini sebagai kebenaran dan akan segera disebar dengan kemantapan kokoh. Anda
tahu, imam besar bisa mengatakan besok kiamat atau kesabaran adalah puncak
keimanan atau jomblo membuat gila, semua ucapan itu akan melekat di benak
pengikutnya.
Pada kesempatan berbeda, kawan lain mengutip kalimat
dari dosen di WhatsApp storynya: Kemenangan seorang laki-laki ketika ia dapat
mencintai seorang wanita, dan kemenangan seorang wanita ketika ia dapat
dicintai oleh seorang laki-laki. Sebagai penutup ia menulis tagar: kuliah
cinta.
Entah menang dari siapa, saya tidak tahu. Anehnya kalimat
itu juga disebar oleh seorang kawan yang di sebagian besar kesempatan mengeluh
soal pasangan. Saya pikir ia kalah dari pasangan. Ia menderita ketika mencintai
pacarnya. Dan, ngerinya, saya mendapati banyak pasangan menikah yang saling
tertekan tapi memajang foto-foto mesra di media sosial. Kontras. Tapi tidak masalah
karena dengan kalimat menghibur, persetan benar atau tidak, sudah dapat
menutupi realitas.
Banyak dari saya dan anda mengutip kalimat bagus dilatari
setidaknya oleh dua hal: kita mengutip karena memang kalimat itu bagus, atau
kita mengutip karena kalimat itu melegitimasi keyakinan atau imajinasi kita.
Setiap ucapan pada dasarnya adalah struktur paling
luar dari kerangka pikir dan pengalaman manusia. Kita bisa sering gagal dalam
percintaan lalu dengan pengalaman itu kita berucap: “Cinta itu tai kucing!” Tentu
saja tidak semua cinta tai kucing, tapi toh struktur pengalaman kita mendesak untuk membuat generalisir yang culun.
Menikah menghindarkan dari gila dan sebaliknya, gila
adalah salah satu sebab dari jomblo, barangkali satu dari banyak kalimat yang
muncul dari pengalaman si penutur: ia bahagia dengan pasangan dan akan
membayangkan diri akan gila jika tidak bertemu pasangan yang membuatnya
bahagia. Dan jika tidak demikian pengalamannya, kalimat itu bisa muncul dari
upaya penghiburan diri karena pasangan membuatnya gila. Manusia cenderung membuat kalimat yang memuaskan imajinasi mereka setelah dikecewakan realitas.
Jadi, apakah jomblo membuat gila dan menikah membuat
bahagia? Saya belum menikah. Saya tidak tahu. Mencintai wanita adalah kemenangan
pria? Saya juga tidak berani menyimpulkan. Tapi mari kita lihat kalimat-kalimat
cerdas yang lahir dari problematika pernikahan. Kalimat yang juga merupakan
struktur pengalaman penutur. Pengalaman yang disimpulkan dengan lebih beres dan
jenaka:
“Jika anda ingin membaca tentang cinta dan pernikahan,
anda harus membeli dua buku terpisah.” –Alan King
“Rahasia pernikahan yang bahagia tetap menjadi rahasia.”
–Henny Youngman
“Saya suka menikah. Sangat menyenangkan menemukan satu
orang istimewa yang ingin anda jengkeli seumur hidup anda.” –Rita Rudner
“Cinta adalah kesalahpahaman antara dua orang bodoh.” –Oscar
Wilde
“Pernikahan adalah kemenangan imajinasi atas
kecerdasan. Pernikahan kedua adalah kemenangan harapan atas pengalaman.” –Oscar
Wilde
“Hidup memberi tahu dirimu untuk naik lift, tapi cinta
memberi tahu dirimu untuk naik tangga.” –David Levithan
“Saya sudah bertahun-tahun tidak berbicara dengan
istri saya. Saya tidak ingin mengganggu dia.” –Rodney Dangerfield
“Saya menikah dengan seorang hakim. Seharusnya saya
meminta juri.” –Grouco Marx