Kami saling tahu sejak lama dan tidak pernah bertegur
sapa barang satu kata pun. Kami kadang berpapasan di fakultas, di jalan, di
supermarket, dan entah bagaimana mulut kami seperti terganjal sesuatu untuk
mengeluarkan bunyi-bunyi salam atau basa-basi.
Saya punya satu kawan yang sering menceritakan dia
pada saya. Tak saya sangka, kawan saya juga kenal dia dan dengan enjoy si kawan
ini kadang bercerita tentang saya pada dia. “Kau cerita apa?” tanya saya. Ia
cekikikan dan menjawab, “Bahwa kau nggak doyan makan pedes dan pernah nangis
gara-gara cewek.”
O, sialan.
Mengetahui kenyataan itu suatu ketika saya melihat dia
dari jauh, kami berjalan di jalan yang sama dan akan segera berpapasan. Saya
bersiap menyapa—untuk pertama kali setelah hampir empat tahun. Saya mulai
dengan senyum kecil dan ia menatap saya dengan aneh, seolah matahari
tiba-tiba menghilang. Saya salah tingkah dan segera menarik senyum dan pergi,
tanpa ada satu kata terucap.
Kami masih saling asing, meski bertahun-tahun sudah
saling tahu.