Jumat, 29 Januari 2021

Simbol Pertemanan

Kadang kita merasakan dorongan tertentu yang akan mengganggu jika tidak ditunaikan, mirip seperti hasrat yang, jika berhasil tercapai, akan membuat seseorang mati dengan tenang; atau setidaknya membuat tidur nyenyak; atau setidaknya membikin pikiran lebih adem.

 

Dan saya merasakan dorongan semacam itu.

 

Januari tahun lalu di blog ini terdapat catatan yang saya tulis berdasarkan interaksi dengan kawan-kawan, yakni dengan cara menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka. Wah, saya takjub bahwa hari-hari itu telah berlalu satu tahun. Bahkan awal catatan tahun ini, juga tulisan interaksi saya dengan seorang kawan. Dari situ saya terpikir untuk mengisi blog ini, tepatnya di bulan Januari, dengan post catatan interaktif.

 

Pikiran itu terus mengembang seperti balon yang ditiup mesin compressor angin. Jika saya bisa mendapat catatan yang ditulis kawan langsung, mungkin itu lebih baik, pikir saya. Setidaknya dengan demikian, di bulan Januari, blog ini akan menjadi media ekspresi kawan-kawan saya. Bayangan itu pelan-pelan mengintip secara rutin sebelum saya memejamkan mata tiap malam.

 

Setelah mendapat dorongan itu, saya melihat hal lain lagi: Bukan soal blog ini menjadi tempat ekspresi kawan-kawan, tetapi jika saya mendapat asupan tulisan mereka, saya akan merasa terhormat sebab blog ini dengan demikian bisa menjadi simbol pertemanan saya.

 

Simbol pertemanan... saya makin terobsesi dengan pikiran-pikiran ini.

 

Tentu saja anda dapat menarik kesimpulan bahwa saya berlebihan. Anda benar, dan saya setuju. Sayangnya saya terlanjur menganggap teman sebagai asupan psikologis paling bergizi, selama pertemanan itu sehat. Barangkali semua orang mendamba pertemanan yang sehat. Bagaimana bentuk pertemanan sehat itu?

 

Saya pernah membaca tulisan Windy Ariestanty, yang bercerita mengenai kekuatan tulisan John Mcphee. Syahdan, Pak Mcphee menemani dua orang—ahli biologi dan ahli ekologi—bernama Carol dan Sam, mengelilingi Georgia. Ketiga orang ini mengurusi bangkai hewan yang mati di jalanan akibat tertabrak kendaraan. Mereka juga memasuki jalanan di hutan untuk melihat kondisi hewan dan lingkungan.

 

Pada satu kesempatan mereka menemukan penyu sekarat yang sedang berusaha menuntaskan proses bertelur. Dan mereka membunuh penyu itu. Carol si ahli biologi segera membedah perut penyu—setelah si penyu mati—dan mengeluarkan telur-telur yang harus menetas. Tentu proses ini membuat banyak telur terselamatkan, lebih banyak dari yang mampu dituntaskan si penyu dengan kondisi sekarat, yang pada akhirnya akan mati dan membunuh banyak calon penyu. 

 

Lalu mereka masuk lebih dalam di hutan, meninggalkan jalan yang mudah dilalui. Dua ahli ini merupakan orang-orang yang terlalu banyak menghabiskan waktu di hutan. Mengetahui itu, Pak Mcphee terlibat percakapan dan bertanya pada mereka apa yang paling dirindukan jika sedang berada di hutan, menghabiskan banyak waktu bersama alam dan hewan.

 

“Sama seperti manusia lainnya,” kata Carol, “aku merindukan pertemanan.”

 

Ia merindukan pertemanan. Banyak dari kita barangkali Carol-Carol lain, yang sama merindukan pertemanan. 

 

Carol, dan setiap orang yang memiliki lingkar pertemanan yang sehat, pasti akan merasa lebih bergairah menjalani hidup ketika menemukan inti dari pertemanan. Sebegitu bergairah hingga orang-orang sangat merindukan pertemanan. Mereka mungkin telah dikhianati oleh topeng-topeng pertemanan palsu, dan membangun benteng diri dari teman-teman tidak sehat.

 

Tetapi setiap mereka pasti tahu ada yang sejati dari pertemanan yang sehat. 

 

Well, jadi begitulah... saya ingin memuat tulisan kawan-kawan, sekali lagi, untuk mendapat satu asupan simbolisasi pertemanan. Pertanyaannya, bagaimana saya meminta kawan-kawan untuk menulis? Tidak semua kawan saya berminat pada tulis-menulis. Tidak semua kawan saya berkenan menulis. Bahkan, tidak semua kawan dekat, yang bisa saya mintai tulisan, sebab saya tidak mungkin menganggu mereka, dengan alasan tertentu.

 

Lalu saya memilih beberapa kawan dekat, yang kemungkinan besar berkenan untuk menulis. Saya mengirim gambar yang cukup mereka kenali, saya kira mereka punya kesan personal-intim atas gambar itu, dan gambar itu diikat dengan satu benang merah: pertemanan. Jadi begitulah, saya mengirim mereka gambar, dengan tujuan di atas. Dan saya mendapat tulisan mereka, yang akan saya post di sini. Tentu saja saya senang.

 

Hanya ada satu kawan yang tidak saya kirim gambar, tetapi saya ingin dia juga menulis di sini. Akhirnya saya memintanya menulis puisi, untuk tulisan yang sedikit variatif. Dan jika kalian—semua kawan saya—berminat untuk menulis di sini, saya terbuka. Barangkali kamu yang tidak saya minta, sudah saya timbang alasannya dengan cukup baik, terutama karena saya takut mengganggu. Karenanya, jika ternyata dugaan saya salah, saya terbuka untuk menerima tulisan kalian.

 

Well, akhirnya, kepada kawan yang sudah berkenan mengirim tulisan kesan atas sebuah gambar, terima kasih banyak. Terima kasih telah menjadi bagian simbol pertemanan di blog saya. Ini bagian kegembiraan personal yang menyenangkan.