Catatan pengantar untuk seri tulisan undangan ini, sila baca Simbol Pertemanan.
Oleh: Nurul Izzah
Berkat seorang teman yang memintaku untuk menulis kesan tentang foto yang memotret aku, sahabat-sahabatku dan orang tuaku—foto pertama dalam hidupku yang berhasil membingkai aku dan mereka semua—ada momen di mana aku merasa tiba-tiba memiliki kesempatan untuk meluapkan semua yang aku rasakan tanpa harus merasa takut.
Jadi, foto itu diambil ketika mereka—sahabatku—berkenan meluangkan waktunya untuk hadir ke acara pertunanganku, tepatnya sekitar enam bulan yang lalu. Orang lain akan menganggap bahwa hari itu merupakan hari kebahagiaannku, tapi tidak bagiku. Dan berkat kehadiran mereka pun aku bahkan tidak bisa diberi kesempatan untuk sedetik pun merasa sedih.
Yah... aku bahagia sekali mereka di sebelahku, aku bahagia ada yang tidak mengintimidasiku bahkan ketika aku tidak bahagia di hari yang seharusnya membahagiakan. Aku bahagia, mereka sedih di saat aku sedih. Aku bahagia untuk segala sedih yang aku rasakan, sebab ada mereka.
Mereka adalah Seseorang yang begitu ingin aku kenalkan ke keluaragaku, seseorang yang begitu ingin aku akrabkan juga dengan keluargaku. Kenapa? Karena ternyata aku punya seseorang yang bisa ikut bahagia ketika aku bahagia—di mana orang lain mungkin ada yang merasa sebaliknya, dan ikut sedih ketika aku sedih.
Terima kasih untuk kalian, aku bahkan terlalu takut tidak mampu menumpahkan rasa ke kalian sepenuh yang kalian lakukan padaku. Terima kasih pernah ada dan masih mau ada samapai detik ini buat aku, meski saat ini mungkin waktu kita semua sudah tidak seluang dulu tapi harapan untuk bisa berjumpa kembali, tertawa bersama, sedih bersama tidak pernah berhenti aku harapkan. Semoga hari baik selalu menyertai kalian. Semoga harapan-harapan kalian kelak menjadi nyata. Senyata tulusnya hati kalian.
Hidup memang suka sekali berjalan tidak sesuai dengan yang diharapakan, apa yang terjadi saat ini sungguh bukanlah sesuatu yang pernah aku bayangkan selanjutnya. Semuanya rasanya menjadi begitu berantakan, tapi bagaimapun kita semua berada dalam kondisi sama sulit, sama beruntung. Aku yakin untuk bahagia pun aku tidak bahagia sendiri, juga untuk sedih. karenanya aku tidak mau merasa paling teraniaya. Dari semua itu, aku benar-benar beruntung punya kalian.