Sabtu, 05 Februari 2022

Patah Hati 1: Kathy dan Seluruh Sumber Daya

Tidak ada satupun manusia yang kebal dari patah hati, kata Guy Winch—psikolog terkemuka Amerika. Ia mendedikasikan sebagian hidupnya untuk menangani kasus patah hati. Dari Pak Winch saya menyimak kisah patah hati dari Kathy dan Miguel, lalu saya merasa banyak hal yang mampu saya serap. Kisah itu seolah menjadi senjata dan peringatan untuk saya.


Kathy adalah sosok wanita yang merencanakan akan menikah di usia 29 tahun. Ia akan menemukan suami di usia 27 dan menikah dua tahun setelahnya. Itu rencana yang ia susun sejak remaja. Tetapi ketika usia 27 tahun, ia tidak bertemu calon suaminya, alih-alih, malah tumbuh benjolan di payudaranya. Kata dokter benjolan itu adalah jenis kanker mematikan. Kathy menjalani komoterapi keras selama berbulan-bulan dan operasi menyakitkan. Pengobatan ini menghambat rencana romantisnya di dunia pasangan.


Setelah waktu panjang, sembuh dan siap untuk terjun ke dunia pasangan lagi, tetapi tumbuh benjolan di payudara lain dan ia harus melakukan proses pengobatan yang sama, berkali-kali kembali. Kathy pulih, dan melanjutkan kehidupan di New York. Ia bertemu dengan Rich dan jatuh cinta. Hubungan itu adalah segalanya bagi Kathy: harapan hidupnya mengakar di sana.


Enam bulan setelah hubungan itu, Rich membuat pertemuan romantis di restoran favorit mereka di New England. Kathy tahu ia akan melamarnya, dan merasakan luapan kegembiraan yang tidak bisa ditahan. Tapi Rich tidak melamar Kathy, pertemuan itu adalah percakapan pemutusan hubungan. Rich kehilangan rasa cinta kepada Kathy, mungkin.


Kathy rusak—atau hancur. Rusak serusak-rusaknya, sehancur-hancurnya, dan ia menjalani proses pemulihan psikologis. Selama masa itu, Kathy tidak berhenti memikirkan Rich, hatinya selalu hancur. Pertanyaannya Pak Winch: Mengapa? Mengapa wanita yang sangat kuat ini tidak mampu mengumpulkan sumber daya emosional yang sama untuk menghadapi patah hati sebagaimana ia menghadapi kanker?


Barangkali kita adalah Kathy juga. Mengapa mekanisme emosional dan sumber daya yang membuat kita melewati semua jenis tantangan hidup seolah tidak berfungsi dan membuat kita gagal total ketika patah hati? Sebenarnya ini tidak masuk akal, bukan? Tetapi banyak penjelasan yang bisa kita telusuri. Dan masih mengacu pada Pak Winch, penyebabnya adalah, ketika patah hati, kita dipimpin oleh pikiran yang tidak bisa kita percayai.


Dari penelitian tentang patah hati yang sudah ada, orang-orang yang memiliki pemahaman jelas tentang mengapa hubungan itu berakhir berperan sangat penting bagi kelancaran move on. Namun pada sisi lain, ketika kita diberikan penjelasan atas mengapa hubungan itu berakhir, kita menolaknya. Patah hati menciptakan rasa sakit emosional yang sangat dramatis, pikiran kita terpacu untuk memberi tahu kita bahwa penyebabnya harus sama dramatisnya. Dan insting ini begitu kuat, merusak orang-orang rasionalis tingkat tinggi sekalipun.


Kathy, misalnya, terus terpacu pikiran bahwa sesuatu telah terjadi selama liburan romantisnya dengan Rich yang memperburuk hubungan itu hingga Rich memilih putus. Kathy terobsesi untuk mencari penyebab itu. Jadi dia menghabiskan waktu berjam-jam melewati setiap menit mencari petunjuk yang tidak ada di ingatannya; pikiran Kathy menipunya untuk memulai mengejar hantu sialan yang sebenarnya tidak ada.


Well, patah hati adalah proses penipuan pikiran. Ia lebih berbahaya daripada yang kita sadari selama ini. Ada alasan mengapa kita mempertahankan perasaan sakit ketimbang mencoba untuk menghindarinya. Studi otak telah menunjukkan bahwa patah hati mengaktifkan mekanisme yang sama di otak orang yang sedang proses rehabilitasi narkoba. Ini mengerikan, sebenarnya.


Pada kasus Kathy, ia sedang mencari narkobanya: Rich. Tetapi ia tidak mendapatkan narkoba itu. Orang yang sedang menjalani proses rehabilitasi sebenarnya berusaha keras menahan keinginan untuk mencicipi narkoba. Dan Kathy sama, tetapi karena tidak mendapat narkoba itu, otak bawah sadarnya memilih zat “metadon”: Ialah ingatan-ingatan bersama Rich.


Dari sini Kathy mendapat dua gejala: Di satu sisi ia mencari penyebab mengapa hubungan itu putus—yang sebenarnya kadang tidak perlu dicari. Pada sisi lain, ia terus mengingat momen bersama Rich. Itulah mengapa patah hati selalu sulit. Pecandu narkoba tahu mereka kecanduan, mereka tahu sudah waktunya menikmatinya lagi. Tapi orang patah hati tidak tahu mereka kecanduan. Dan ini perlu disadari: ketika kita menyusuri jalan kenangan, entah melihat pesan di WhatsApp atau menguntit dia di media sosial, kita hanya memberi makan kecanduan kita dan memperdalam rasa sakit emosional dan memperumit proses penyembuhan.


Dengan kata lain, mengatasi patah hati bukan sebuah perjalanan, ini adalah pertarungan. Dan asalan mengapa kita putus menjadi senjata terkuat kita. Artinya, kita harus benar-benar tahu alasan itu. Jika kita putus karena dia menikah dengan orang lain, maka kita tidak perlu mencari alasan-alasan lain, seperti: Apakah saya tidak cocok baginya; apakah kita sudah melakukan kesalahan. Tidak perlu. Ia menikah, dan itu artinya kita harus move on.


Lanjut di sini.