Senin, 18 Mei 2020

Notifikasi dari Facebook

Jika definisi lelaki baik adalah mereka yang perhatian, terutama dalam hal mengingat momen-momen tertentu, saya kalah telak dengan Facebook. Media sosial satu ini dengan tekun memberi notifikasi siapa saja kawan yang ulang tahun hari ini dan mengingatkan bahwa hari ini, tepat satu atau dua tahun lalu saya mengunjungi tempat atau melakukan hal penting tertentu.

Pikiran melantur saya pernah membawa pada satu momen di mana pasangan saya kelak—oh, jika saya punya pasangan—akan marah karena saya kalah perhatian dengan Facebook dalam mengingat tanggal jadian atau tanggal akad atau tanggal ulang tahun.

Saya sendiri menghindari menganggap perulangan tanggal adalah hal penting, selama hal tersebut hanya berkaitan dengan hal-hal pribadi saya, ulang tahun, misalnya. Dan semenjak ada Facebook, saya berhenti menulis pada note tanggal ulang tahun orang-orang dekat. Anda tahu, kebiasaan ini tiba-tiba terasa buang-buang waktu ketika Pak Facebook telah berbaik hati mengingatkan saya bahwa seorang teman berulang tahun.

Meski Pak Facebook baik, ia kadang menggerus sisi “sakral” momen penting manusia. Jika dulu ucapan selamat ulang tahun menunjukkan perhatian kita pada seseorang, sekarang tidak lagi, bisa jadi kita dengan mudah mengucap selamat ulang tahun pada teman hanya karena terlanjur diingatkan Facebook. Jika kita memilih tidak mengucapkan, misalnya, si kawan mungkin akan mengira kita bukan teman yang baik karena sudah jelas Facebook menunjukkan hari spesialnya.

Kita mengucap apresiasi barangkali hanya karena “tidak enak”. Dan jangan-jangan, kita mengucap ulang tahun hanya untuk sekedar basa-basi.

Sejak dulu saya memiliki pengamatan kecil dengan cara sederhana: menghilangkan tanggal lahir di Facebook dan, sejak enam tahun lalu hingga sekarang, saya tidak pernah menerima ucapan ulang tahun. Bahkan dari keluarga dekat! Lucu.

Pengamatan itu seperti menegaskan perkiraan saya bahwa ulang tahun bukan lagi sesuatu yang sakral sejak ada Facebook: kita mengingat tanggal bergantung pada Facebook.

Sejak tidak menerima ucapan ulang tahun, saya menganggap hari lahir sebagai hari biasa, dalam hal ini saya mengikuti kata Mark Twain, “Usia adalah masalah pikiran atas materi. Jika Anda tidak keberatan, itu tidak masalah.” Benar juga, kata saya ketika dulu membaca kalimat itu, ulang tahun ternyata hanya soal pikiran atas materi yang jika saya cuek, apa masalahnya?

Dalam konteks usia, satu-satunya masalah—jika boleh dikatakan masalah—adalah jika kita percaya bahwa usia adalah kue yang dapat basi. Dan usia memang dapat basi. Dengan kata lain, kita dikejar batas-batas usia dan saya menganggap itu masalah karena di usia yang demikian berkurang masih banyak hal yang belum rampung dikerjakan.

Sekarang saat menerima ucapan ulang tahun mungkin saya akan risih dan tampak kikuk saat menjawabnya.

Jadi, saya tidak lagi memperhatikan ulang tahun dan setiap minggu menulis daftar hal-hal yang belum dikerjakan. Saya membuat diri serajin Facebook dalam mengingatkan diri deadline hidup. Tentu sebagai penghormatan pada teman, saya mengucap ulang tahun di hari spesial kawan, dengan perantara Facebook.

Kelak mungkin saya akan menulis di kalender ponsel tanggal ulang tahun kawan dekat atau tanggal penting lain karena tanggal penting tidak melulu soal ulang tahun. Bagaimanapun, saya tidak mau diingatkan Facebook; belum saatnya saya berpikun-pikun.