“sungai yang
diarungi membuat seorang menjadi makin kuat, namun sungai yang dipandangi cuma
akan melemahkan hati”
Ujar Chaska pada Gio
Apa kabar? seorang yang beberapa hari lalu berusia 22 tahun. apa
kabar? Pertanyaan yang membosankan, bukan? Kau mungkin sebaik dan seburuk
biasa. Yang kedua semoga cepat menyingkir, di ulang tahun ke-22-mu.
Aku... bocah yang ingin berkaca pada bola matamu, juga ingin
mengucapkan “selamat” dengan cara yang tak klise. Namun tentu kau tahu, aku
orang yang tak cakap merumuskan kata yang tepat untuk mengemukakan sinonim
“selamat ulang tahun”. Untuk berkirim pesan saja aku kikuk, apalagi untuk turut
merayakannya dengan kue cantik berasa lezat maupun kado.
Apa arti ulang tahun?
Aku tak pernah yakin, sudah bertahun-tahun pergantian usiaku tak pernah aku harap ada ucapan, apalagi perayaan. Dan aku tak pernah tertarik merayakannya.
Namun, pada pergantian tahunmu, aku memutuskan merayakannya. Beberapa hari yang
lalu, sedikit kuundang kawan sebaya, aku hidangkan makanan pada mereka dan
berpesan, “hei, Pal... maukah kau doakan seorang guruku yang sedang bertambah
usia?”
“Tentu kawan, semoga gurumu makin sejahtera” jawabnya.
“Emm... kau punya stok doa lain” tanyaku?
“Hei, gurumu akan menghargai doaku, bukan?”
“Tentu saja, maksudku, aku ingin kau mendoakan guruku dengan
kalimat yang spesial”
“Spesial? Sejak kapan ada doa kelas VIP? Lagi pula sejak kapan kau
merayakan ulang tahun gurumu? Dan kenapa ia tak diundang?”
“kau tahu, guruku sedang sibuk, karena ia bukan sekedar guru biasa.”
“guru istimewa maksudmu? Sepertinya kau akan merayakan hal yang
sama tahun depan, meski tanpa ia tahu?”
Aku tersenyum.
“Tentu saja, ia tak perlu tahu, apalagi mengerti, tapi bagaimanapun
ia akan tahu. Karena ia bukan guru biasa, lebih dari itu, ia akan mengarungi
sungai, tak hanya memandanginya.”
“Terserah kau saja” jawab kawanku yang baik.
Kami menyantap makanan, untuk sebuah ulang tahun.