Senin, 09 Juni 2025

Baru Sadar

Kerja, katanya, untuk mencari makan.

Tetapi pekerjaan justru membuat kita lupa makan, karena rasa lapar, kadang, teralih oleh kesibukan.

 

Kerja, katanya, demi keluarga tercinta.

Tetapi pekerjaan yang perlahan menjauhkan kita dari mereka—hingga hanya foto yang jadi pengingat kehadiran.

 

Kerja, katanya, untuk masa depan anak-anak.

Tetapi anak-anak tumbuh ditemani layar, sementara kita sibuk mengejar hari esok yang tak kunjung sempat hadir.

 

Kerja, katanya, untuk punya rumah sendiri.

Tetapi rumah itu lebih terasa seperti tempat persinggahan tidur, bukan tempat pulang yang penuh jiwa.

 

Kerja, katanya, agar bisa tenang di hari tua.

Tetapi hari tua kadang tak datang, sebab tubuh lebih dulu rubuh oleh lembur.

 

Kerja, katanya, untuk mengembangkan diri.

Tetapi diri yang dikembangkan adalah versi yang disesuaikan dengan ekspektasi pasar, bukan suara hati.

 

Kerja, katanya, agar merdeka secara finansial.

Tetapi yang terjadi: orang justru diperbudak waktu, digerakkan oleh tagihan, dikendalikan oleh gaji bulanan.

 

Kerja, katanya, adalah panggilan.

Tetapi banyak yang tidak berani bertanya: siapa yang sebenarnya memanggil?

 

Namun,

Tak bekerja lebih menakutkan.

Ia mengantarkan

pada

Kenestapaan, dan, mungkin, kematian.

 

Dunia, hari ini, masih ramah?